Sebuah keluarga yang mengalami proses perceraian akan berdampak pada anak-anak di dalamnya. Sangat berbahaya dampak keluarga broken home terhadap psikologis anak.
Ada beberapa pengaruh mental anak terhadap keluarga broken home yang harus dipahami oleh para orang tua yang mengalami perceraian.
Dengan memahami berbagai dampak negatif keluarga broken home terhadap anak ini, orang tua bisa mendampingi anak-anak mereka meski di tengah permasalahan keluarga.
Pengaruh Mental Anak Terhadap Keluarga Broken Home
Permasalahan orang tua dan perceraian seringkali membuat anak-anak mengalami gangguan mental dan juga pikiran.
Mereka berpikiran pasti kebahagiaan keluarganya akan hancur setelah kedua orang tua memutuskan berpisah.
Oleh sebab itu, mental mereka bisa jadi semakin hari akan makin down hingga menimbulkan permasalahan yang berarti.
1. Anak Menjadi Sosok yang Tertutup
Pengaruh keluarga broken home terhadap mental anak yang pertama yakni mereka akan menjadi sosok yang tertutup daripada sebelumnya.
Dalam fase ini mereka cenderung lebih suka menyendiri dan terkesan menjadi anak yang pemalu.
Menarik dibaca:
- Tipe Kepribadian Manusia
- Kepribadian Melankolis
- Kepribadian Plegmatis
- Kepribadian Koleris
- Kepribadian Sanguinis
Berbagai permasalahan yang ada dalam hidupnya pun dipendam sendiri dan tidak sedikit pun diceritakan pada teman atau anggota keluarga lainnya.
Jika dibiarkan terus-menerus, kondisi tersebut akan membuat mental anak semakin terpuruk karena mereka merasa bahwa tidak ada lagi orang yang peduli terhadap kehidupannya.
Kemudian, mereka akan melakukan hal-hal yang sangat nekat dan tidak terpikirkan sebelumnya seperti halnya mengakhiri hidupnya sendiri.
Ini sangat berbahaya jika dibiarkan dan tidak segera ditangani oleh psikolog ahli.
2. Anak Akan Mudah Sakit Hati
Anak yang berasal dari keluarga broken home juga rentan terhadap sakit hati. Mereka cenderung memikirkan perkataan orang terhadap keluarganya.
Di samping itu, anak-anak tersebut juga mudah tersinggung terhadap orang-orang yang berusaha mencari tahu tentang kehidupannya.
Selain itu juga mereka yang “sok paling benar” dalam memberikan nasehat terbaik terhadap dirinya terkait orang tuanya.
Jika sudah begini, orang-orang harus sangat berhati-hati dalam berkomunikasi dengan mereka agar tidak sampai membuatnya tersinggung.
Menarik dibaca: Teori Psikologi Komunikasi
Untuk mengatasi anak yang mudah tersinggung dan sakit hati seperti ini, sebaiknya keluarga lebih sering mengajaknya untuk berbincang-bincang santai sambil berlibur.
Dalam obrolan tersebut biarkan anak mengemukakan apa saja yang mereka ingin bicarakan.
Yang peru diingat, jangan pernah paksa mereka untuk menjawab suatu pertanyaan sensitif yang berkaitan dengan keluarga atau statusnya yang sekarang broken home.
Penting dibaca: Ucapan Orangtua yang Mempengaruhi Psikologis Anak
3. Anak Mencari Perhatian dengan Membuat Masalah
Anak broken home cenderung kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Hal ini biasanya terjadi karena kedua orang tua sibuk bekerja, menikah lagi dan jarang menemui anak-anaknya sehingga mereka merasa kesepian.
Dengan begini, mereka akan berusahan mencari perhatian dari orang lain dengan cara melakukan kegaduhan atau hal-hal yang bersifat negatif.
Secara umum bisa diambil contoh, anak-anak keluarga broken home akan membuat masalah di sekolah.
Seperti halnya sering terlambat, melanggar peraturan sekolah dan sebagainya sehingga lama-kelamaan mereka akan dipanggil oleh guru.
Jika sudah begitu, mereka akan merasa mendapatkan perhatian.
Bila hal ini tidak segera diidentifikasi lebih lanjut, hal-hal negatif yang dilakukan tersebut akan sering diulangi kembali di lain waktu.
4. Anak Akan Berontak dengan Orang Tua
Karena tidak ingin orang tua mereka bercerai, anak-anak broken home akan berontak dengan nasehat-nasehat dan peraturan yang telah ditetapkan orang tua.
Ini adalah bentuk protes mereka dan dampak keluarga brokem home terhadap psikologis anak akibat perceraian orang tuanya yang terjadi.
Penting dibaca: Perilaku Orang Tua yang Mengganggu Psikologi Anak
Dengan melakukan brontak tersebut, anak-anak sebenarnya berharap bahwa kedua orang tuanya dapat bersatu kembali.
Selain itu, anak berharap orang tua segera membangun keluarga yang bahagia seperti sedia kala.
Anak yang sudah dalam tahap pemberontakan akut akan sangat sulit disembuhkan karena mereka beranggapan bahwa dirinya selalu benar dan orang lain itu selalu salah.
Dalam tahapan ini anak juga akan sangat membenci kedua orang tuanya, sehingga mereka bersikap mudah marah dan menentang segala hal yang berkaitan dengan orang tua.
5. Anak Akan Kehilangan Tujuan Hidupnya
Banyak sekali kasus anak-anak kehilangan tujuan hidup dan cita-citanya karena masalah perceraian kedua orang tua.
Padahal, sebelumnya mereka tumbuh sebagai anak-anak ceria yang semangat dalam menggapai apa yang dicita-citakan.
Sayangnya, keretakan dalam keluarga datang dan orang tua tidak langsung sigap untuk mengawal kondisi mental anaknya, sehingga anak cenderung kehilangan semangat.
Pada fase ini, anak-anak hanya akan mau melakukan macam-macam kegiatan eksplorasi anak, baik positif maupun negatif yang menjadi kesenangannya saja.
Mereka cenderung lebih suka mencari hiburan di luar dan mengabaikan tanggungjawab serta hal-hal yang harus dilakukan agar tujuan hidup mereka bisa terwujud dengan mudah.
Nilai-nilai dalam kehidupan pun semakin luntur dan cara berperilaku mereka sulit untuk dikendalikan lagi.
6. Anak Tumbuh Menjadi Pribadi Masa Bodoh
Seiring berjalannya waktu, perceraian orang tua membuat anak-anak tidak peduli lagi dengan lingkungan sekitarnya.
Mereka beranggapan bahwasanya orang-orang di sekitar tersebut sangat jahat dan tidak perlu dihargai lagi.
Mereka akan bersikap acuh tak acuh dan memilih masa bodoh terhadap segala hal yang terjadi.
Anak dengan pribadi masa bodoh akan sulit menerima masukan dari siapapun terlebih-lebih dari kedua orang tua.
Jika hal ini dibiarkan, bukan tidak mungkin bahwa mereka akan semakin menjadi-jadi dan melakukan berbagai macam hal negatif.
Dengan membaca artikel ini, diharapkan orang tua mampu mengenali pengaruh mental anak terhadap keluarga broken home.
Menarik dibaca:
Jangan sampai mental anak terganggu akan perceraian kedua orang tuanya dan membuat mereka frustasi hingga mengalami kegagalan dalam hidupnya.
Jadi, orang tua harus cerdas dan secepat mungkin dalam menghadapi fenomena tersebut.
Semua dampak negatif keluarga broken home terhadap psikologis anak di atas terbilang berbahaya bukan?
Oleh karena itu, artikel tentang pengaruh keluarga broken home terhadap mental anak ini dibuat.
Tujuannya agar semua orang tua mengetahui dan tidak ada lagi kasus anak broken home akibat perceraian orang tua yang berakibat fatal terhadap psikologi dan masa depan anak.