Seringkali kita melihat atau mendengar berita adanya kekerasan pada anak yang dilakukan oleh orang tua.
Bukan hal yang baik dan manusiawi memang, namun nyatanya hal tersebut bisa terjadi.
Ada banyak latar belakang kekerasan pada anak yang membuat orang tua tega melakukan hal tersebut.
Kekerasan yang dialami oleh anak-anak ini sangat beragam, misalnya berupa kekerasan fisik atau bisa juga secara psikis, sehingga kondisi psikologi anak pun jadi terganggu.
Latar Belakang Kekerasan pada Anak dan Hal-hal yang Mendasarinya
Kenakalan anak biasanya menjadi hal yang membuat orang tua marah, sehingga dapat melakukan kekerasan pada anak tersebut.
Penting dibaca: Perbedaan Anak Cerdas dan Anak Nakal
Anak akan menerima hukuman yang disertai juga dengan emosi sehingga orang tua akan melakukan kekerasan secara fisik misalnya memukul.
Sering juga orang tua berkata kasar yang juga termasuk ke dalam bentuk kekerasan selain fisik.
Pada umumnya, anak-anak yang mengalami kekerasan dari orang tuanya akan menjadi orang yang memiliki sikap dendam.
Hingga sakit hati akan perlakuan orang tuanya, sampai menunjukkan suatu perilaku yang menyimpang.
Bahkan menurut Komnas Anak, ada anak yang usianya masih 9 tahun dan sering mengalami kekerasan dari ibunya, punya keinginan untuk membunuh ibunya.
Bayangkan bagaimana seorang anak menjadi orang yang tak punya simpatik pada dunia di sekitarnya dan memiliki perasaan membenci yang berlebihan.
Jika orang yang melakukan kekerasan pada anak itu adalah orang tuanya sendiri, maka ia akan selalu menentang dan melawan orang tua.
Penting dibaca: Dampak Pola Asuh Tidak Baik Terhadap Anak
Hal-hal yang melatarbelakangi kekerasan pada anak ini dan juga sebagai pemicu kekerasan tersebut diantaranya yaitu:
1. Adanya Kekerasan yang Terjadi di dalam Rumah Tangga
Yaitu kekerasan yang melibatkan pihak orang tua yaitu ayah dan ibu atau saudara lainnya yang ada di rumah.
Kondisi ini juga akan menimbulkan kekerasan pada anak yang ada di rumah itu.
Karena anak sering menjadi sasaran kemarahan dari orang dewasa terutama orang tuanya.
2. Disfungsi Keluarga
Peran orang tua tak akan berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Misalnya adanya disfungsi dari peran seorang ayah di dalam keluarga yang seharusnya menjadi pemimpin di dalam keluarga.
Atau disfungsi peran seorang ibu yang seharusnya menjadi sosok yang lembut, membimbing dan juga menyayangi anak-anaknya.
Menarik dibaca:
3. Faktor Kondisi Ekonomi
Kondisi keluarga yang tertekan yang disebabkan oleh minimnya ekonomi atau kehidupan ekonominya yang rendah.
Faktor ekonomi ini menjadi salah satu faktor atau pemicu yang banyak dan sering terjadi.
4. Anak yang Memiliki Cacat Fisik
Biasanya anak-anak yang mengalami cacat pada tubuhnya, gangguan pada tingkah lakunya.
Mulai dari terlalu lugu, ketidaktahuan anak pada haknya sebagai anak, retardasi mental, autisme, dan memiliki temperamental lemah.
Hingga selalu bergantung pada orang dewasa, juga sering menjadi sasaran kekerasan dari orang tuanya atau orang di sekitarnya.
Menarik dibaca: Metode Pembelajaran Anak Diskalkulia
5. Keluarga yang Berantakan atau Broken Home
Anak-anak keluarga broken home, biasanya juga mengalami kekerasan dari orang tuanya.
Misalnya karena orang tuanya mengalami stres atau depresi karena mengalami perceraian, lalu menimpakan stresnya pada anaknya.
6. Keluarga yang Belum Matang Secara Psikologis
Keluarga yang secara psikologis belum matang misalnya orang tuanya masih berusia muda.
Hingga menyebabkan ketidakmampuan orang tua dalam mendidik anak.
Harapan orang tua yang tak realistis pada anaknya, atau anak-anak yang lahir di luar nikah.
Baca juga:
- Perilaku Orang Tua yang Mengganggu Psikologi Anak
- Ucapan Orang Tua yang Mempengaruhi Psikologis Anak
7. Penyakit Gangguan Mental yang Dialami Orang Tua
Orang tua yang mengalami penyakit gangguan mental juga bisa menumpahkan kekerasan pada anak.
Sehingga kekerasan ini menyebabkan hal yang berbahaya. Misalnya pembunuhan pada anak yang dilakukan oleh orang tua secara sadis.
Cara Mengatasi Kekerasan pada Anak
Penanganan agresivitas pada anak sejak dini menjadi hal yang penting.
Sehingga orang tua dan pendidik harus memperhatikan perlakuan awal yang diberikan pada anak untuk mencegah tindakan yang agresif pada anak tersebut.
Berikut ini hal-hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk menanggulangi kekerasan pada anak:
- Ajarkan anak-anak keterampilan sosial misalnya untuk bisa berinteraksi dengan orang lain.
- Ciptakan lingkungan sekolah yang bisa menekan tingkat frustasi pada anak atau tekanan pada anak. Hal itu akan memberi keleluasan pada anak untuk beraktivitas dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
- Anak dengan perilaku agresif masih bisa diatasi dengan menerapkan aturan yang disertai dengan memberi penguat. Atau yang disebut dengan positive reinforcement dan negative reinforcement.
- Orang tua dan pendidik bisa menerapkan teknik penghapusan atau pengabaain. Teknik tersebut adalah mengabaikan segala perilaku agresif pada anak dengan tidak memperlihatkan perhatian ketika anak melakukan hal tersebut.
- Anak harus diajarkan untuk mengembangkan kecerdasan emosinya dengan cara melatih mereka untuk lebih mengenali emosinya sendiri, berempati, mengelola emosi, kembangkan hubungan baik dengan teman dan juga memotivasi diri. Hal itu bisa diawali dengan relaksasi diri.
Latar belakang terjadinya kekerasan pada anak terbilang sangat beragam.
Sayangnya, masih banyak orang dewasa yang menganggap bahwa kekerasan yang dilakukan pada anak ini wajar adanya.
Padahal, sebagai orang tua mereka adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam hal upaya kesejahteraan, perlindungan, peningkatan pada kelangsungan hidup, dan tumbuh kembang anak yang optimal.
Baca juga:
- Ciri-ciri Agresivitas Anak Usia Dini
- Ciri-ciri Pola Asuh Permisif
- Cara Meningkatkan Perkembangan Motorik Anak
Maka, orang tua, guru, dan orang-orang yang ada di sekeliling anak harus menghentikan kekerasan tersebut sebelum hal yang tak diinginkan terjadi.